Menghancurkan Kubu Kubu
Tulisan berikut ini merupakan rangkuman kotbah (sermon resume) dengan beberapa penyesuaian; Dari ibadah raya Minggu House of Perazim Family (HOPE Family) pada tanggal 25 April 2021, dengan judul "Menghancurkan Kubu-kubu" yang bisa di dengar ulang di tautan ini atau di dengar melalui widget dibawah ini :
Minggu lalu kita telah belajar bahwa kejatuhan Manusia pertama di Taman Eden terjadi ketika manusia membiarkan, mengizinkan, dan bahkan menerima pemikiran, ide dan cara pandang si Iblis mengenai perintah yang TUHAN berikan di taman Eden (Kejadian 2:16-17) untuk mereka taati. (Pembahasan Minggu lalu dapat dibaca ulang disini).
Kejadian 3:4-5 (TB)
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ”Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Jika mereka tidak membiarkan konsep yang diberikan oleh Iblis masuk kedalam pemikiran mereka, maka mereka tidak akan pernah jatuh ke dalam dosa. Karena di Taman Eden mereka tidak pernah kekurangan apapun. Segala yang terbaik yang mereka perlukan sudah TUHAN sediakan. Jadi tidak mungkin hanya karena menginginkan buah dari satu pohon, maka dengan mudahnya manusia memberontak dan berdosa kepada TUHAN.
Kejatuhan manusia diawali, karena manusia menerima/mengizinkan pemikiran, ide, dan cara pandang si jahat masuk ke dalam pikiran mereka. Banyak anak-anak TUHAN seolah berputar-putar di padang gurun dan tidak masuk ke tanah perjanjian, karena mereka mengizinkan atau membiarkan cara pandang dunia terus ada dalam kehidupan mereka.

Dalam Bilangan 13, diceritakan bahwa 10 dari 12 pengintai Israel, mengizinkan cara pandang dunia masuk dalam pemikiran mereka. Ini yang menjadi penyebab mengapa mereka tidak lagi memegang janji TUHAN untuk masuk dan menguasai tanah perjanjian. Sepuluh orang ini telah membuat hati bangsa Israel menjadi tawar, dengan berita busuk yang mereka sampaikan (Bilangan 13:31-33).
Padahal tidak lama sebelum peristiwa tersebut, bangsa Israel telah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana keperkasaan TUHAN membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Perbuatan TUHAN yang ajaib seolah-olah tidak berarti bagi mereka, sehingga hanya dua pengintai yaitu Yosua dan Kaleb beserta angkatan Israel yang baru, yang di izinkan TUHAN masuk ke tanah perjanjian (Bilangan 14).
Tujuan TUHAN tidak mengizinkan 10 pengintai dan angkatan Israel yang lama masuk ke tanah perjanjian, supaya angkatan Israel yang baru dapat masuk ke tanah perjanjian dalam kondisi bersih dari semua pemikiran, konsep dan cara pandang dunia.

Jika mereka masuk ke tanah perjanjian dengan cara pandang dunia, maka mereka tidak akan survive (bertahan) untuk merebut dan menguasai tanah perjanjian. Selain itu jika mereka masih mempertahankan cara pandang dunia, maka mereka akan hidup sama seperti, cara hidup bangsa-bangsa asing yang berada di tanah perjanjian.
Karena itu dalam Minggu ini kita akan belajar bagaimana untuk merubuhkan kubu-kubu.
2 Korintus 10:5 (TB)
Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus
2 Korintus 10:5 (AYT)
Kami meruntuhkan pemikiran-pemikiran dan setiap hal tinggi yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus
Setiap siasat dan kubu dalam berbagai terjemahan lain dikatakan :
- Argumen
- Presumption (sesuatu yang kita miliki, akibat pemikiran yang kita punya, ketika mendengar berita-berita lain)
- Imajinasi
- Spekulasi
- Arogan
- Alasan (Reasoning)
- Pride (Keangkuhan)
- Intelectual arrogance (Arogansi karena kecerdasan)
- Stronghold (Kubu)
Ketika kita lahir baru memang roh kita sudah dibaharui, namun pemikiran kita masih perlu dibaharui. Itulah mengapa kita harus terus menerus merenungkan Firman dan belajar untuk terus mengalami pengenalan akan TUHAN.

Semenjak kita lahir, kita sudah terpapar dengan berbagai macam pemikiran, yang menjadi kubu dalam hidup kita. Ditambah dengan adanya kita ditengah-tengah dunia, maka pemikiran dunia akan berpeluang untuk terus mencemari hidup kita.
Iblis tidak dapat menjamah kehidupan orang percaya, namun ia masih bisa melihat apa yang kita lakukan atau kerjakan. Sama seperti jika kita sedang browsing di internet, jika kita melihat konten tertentu dari sebuah website, maka cookies dari halaman web tersebut akan menyimpan data browsing kita, berdasarkan durasi kunjungan pada halaman web tertentu.
Sehingga jika di lain waktu kita melakukan browsing kembali, kita akan ditawarkan konten-konten serupa yang pernah kita lihat atau kunjungi sebelumnya. Karena itu berhati-hatilah dengan apa yang kita lihat dan dengar. Karena jika kita melihat atau mendengar bahkan mengonsumsi konten yang tidak baik. Maka konten yang tidak baik itu akan terus mengejar kita.
Demikian juga dengan si Iblis, dia bisa datang menawarkan pemikiran-pemikiran/godaan-godaan dalam hidup kita, berdasarkan keinginan-keinginan kita yang tersembunyi dan segala sesuatu yang sering kita lihat dan dengar.
Memang baik jika kita menggunakan internet dan media untuk mengetahui perkembangan dunia yang terjadi. Namun jangan sampai hal itu membuat kita lebih banyak menceritakan perbuatan-perbuatan dunia, dibandingkan perbuatan-perbuatan TUHAN dalam hidup kita.
Dengan lebih banyak kita menceritakan/mengekspos perbuatan dunia, tanpa sadar itu akan menjadi kubu-kubu dalam pemikiran kita, yang akan menghalangi kita untuk menerima apa yang TUHAN sediakan dalam hidup kita.
Kubu-kubu apa saja yang harus kita kenali dan runtuhkan dalam kehidupan kita :
#1 SPIRIT OF FAMILIARITY (Matius 13:53-58)

Orang-orang Nazaret tidak mengalami banyak mujizat dalam pelayanan Yesus selama dibumi. Padahal Nazaret adalah tempat asal Yesus itu sendiri. Nazaret tidak mengalami berkat yang seharusnya mereka alami, karena mereka menganggap bahwa Yesus adalah orang biasa, yang sudah lama bersama-sama dengan mereka.
Mereka sudah terbiasa melihat kebiasaan-kebiasaan Yesus dari kecil dan tidak pernah melihat tanda-tanda kenabian dari Yesus. Karena itu ketika di umur 30 tahun Yesus mengajar mereka dalam Matius 13:54, respon mereka justru mempertanyakan “dari mana Yesus mendapatkan hikmat dan kuasa untuk mengadakan mujizat?”
Mereka merasa “tumben” dengan apa yang Yesus lakukan, karena diluar dari kebiasaan-kebiasaan Yesus selama 30 tahun bersama-sama dengan mereka. Mereka mulai merasionalisasikan bahwa tidak mungkin Yesus ini adalah seorang nabi. Bahkan mereka merasa aneh jika Yesus “dipakai” untuk menjadi seorang nabi.
Kadangkala kita memiliki pemikiran bahwa kebenaran, mujizat, kebangunan rohani dan pekerjaan TUHAN yang dahsyat, akan datang ke dalam hidup kita dalam bentuk yang kita harapkan atau imajinasikan. Kita sudah memiliki presumption dari pengalaman-pengalaman dan informasi-informasi yang kita dapat. Sehingga kita berpikir bahwa kalau TUHAN akan melakukannya lagi, Dia akan lakukan dengan cara, bentuk dan wujud yang sama.

Berbeda halnya dengan Simeon dan Hana dalam Lukas 2. Karena hati mereka terpaut kepada TUHAN, maka mereka dapat mengenali keselamatan yang dari pada TUHAN. Sekalipun keselamatan itu datang dalam wujud seorang bayi (Lukas 2:28-32).
Hati dan pikiran yang terpaut kepada TUHAN, membuat seseorang mampu mengenali apapun bentuk pekerjaan tangan TUHAN.
Hati yang terpaut kepada TUHAN, akan membuat kita mampu mengenali bahwa itu pekerjaan, perkataan dan Roh TUHAN yang sedang berbicara ke dalam hidup kita. Karena itu berhati-hatilah dengan Spirit of Familiarity ini. Karena hal ini sangat berbahaya menjadi kubu dalam hidup kita, membuat kita sulit mengenali pekerjaan TUHAN.
Matius 13:57b (TB)
"Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
Ayat ini menjadi peringatan, untuk kita terus belajar melihat di dalam rumah rohani ini. Jika TUHAN memang berkenan atas hidup kita, Dia akan bangkitkan karunia-karunia roh, fungsi-fungsi yang mungkin kita tidak pernah lihat atau rasakan lagi. Dia akan aktifkan bukan hanya satu atau dua orang, tetapi semua orang. Kita harus belajar untuk mendengar siapapun yang berbicara ditengah-tengah kita, bahkan orang yang tidak pernah kita sangka-sangka, yang ada bersama-sama kita.
Jangan gunakan pengalaman, sehingga kita berkata dalam hati kepada saudara seiman kita bahwa “tidak mungkinlah orang ini yang dipakai TUHAN untuk berbicara ditengah-tengah kita”.
Berikanlah penghormatan yang benar, ketika TUHAN memakai siapapun diantara kita untuk menyampaikan atau mengerjakan pekerjaan yang dari Dia.
Spirit of Familirity juga seringkali dialami oleh mereka yang sudah “senior secara rohani” atau sudah lama mengikut TUHAN dan sudah lama bertumbuh. Kita bisa merasa sangat familiar dengan Firman yang biasa kita baca, apalagi jika Firman tersebut adalah ayat-ayat Alkitab yang sangat terkenal. Firman yang begitu dalam tidak lagi menjadi sesuatu yang “menonjok” atau seperti “tidak bicara” lagi, ketika kita membacanya.
Amsal 27:7 (TB)
Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.
Perkataan TUHAN seperti madu, tapi jika kita sudah “kenyang”, karena merasa sudah terlalu sering membaca ayat tersebut, mungkin kita sedang menginjak-injak madu. Tetapi jika kita datang kepada Firman dalam kondisi “lapar” maka Firman yang sesederhanapun akan begitu antusias kita terima dan dapat “berbicara” banyak kepada hidup kita.

Jaga hati yang haus dan lapar akan kebenaran Firman TUHAN dalam hidup kita. Belajar juga untuk membaca ayat-ayat Firman dalam terjemahan-terjemahan yang lain, sehingga itu dapat merefresh kembali pengertian-pengertian di dalamnya. Dalami setiap kata demi kata dari ayat-ayat tersebut.
Jika kita terus menjaga hati yang haus dan lapar maka kita akan menjadi orang-orang yang senantiasa dipuaskan dan dikenyangkan oleh Firman-Nya.
#2 TRAUMA DUKACITA, PENGALAMAN BURUK ATAU KEKECEWAAN

Markus 16:10-11 (TB)
Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.
Dalam pelayanan Yesus di bumi bersama-sama murid-Nya. Yesus sudah beberapa kali menyampaikan bahwa Ia akan menderita, mengalami kematian dan bangkit. Murid-murid Yesus sangat berharap bahwa Yesus satu kali akan menjadi raja dan memerintah bersama-sama dengan mereka. Namun, sebelum impian tersebut terjadi, Yesus malah ditangkap dan dihukum mati.
Kematian Yesus ini membuat mereka terkejut dan sedih. Harapan mereka untuk memerintah bersama dengan Yesus seolah-olah sirna. Sehingga ketika berita kebangkitan Yesus disampaikan oleh Maria Magdalena dan beberapa murid yang telah melihat Yesus bangkit (Markus 16:13), mereka malah tidak mempercayainya.
Seharusnya berita kebangkitan Yesus dan adanya saksi mata beberapa murid yang melihat Dia. Menjadi berita sukacita yang dapat dipercayai, yang "membangkitkan" dan dapat diterima dengan sangat antusias oleh murid-murid-Nya. Berita kebangkitan Yesus juga seharusnya menjadi bukti bahwa Yesus benar-benar Allah dan menjadi penggenapan janji bahwa adanya kehidupan setelah kematian.

Namun respon mereka justru sebaliknya. Berita kebangkitan Yesus dianggap hanya "berita hiburan" semata bagi mereka. Mereka tidak percaya, karena kematian Yesus meninggalkan duka yang begitu mendalam dalam hidup mereka. Duka yang begitu dalam ini tanpa sadar membuat mereka terlarut dalam kesedihan dan membuat mereka sulit untuk percaya.
Karena itu Yesus menegur ketidakpercayaan mereka dalam Markus 16:14
Markus 16:14 (TB)
Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
Mark 16:14 (NIV)
Later Jesus appeared to the Eleven as they were eating; he rebuked them for their lack of faith and their stubborn refusal to believe those who had seen him after he had risen.
Mark 16:15 (NKJV)
Later He appeared to the eleven as they sat at the table; and He rebuked their unbelief and hardness of heart, because they did not believe those who had seen Him after He had risen.
Dalam terjemahan lain kata “kedegilan hati” diterjemahkan menjadi “stubborn” (keras kepala) dan “hardness of heart” (kekerasan hati). Kekerasan hati dan kepala ini yang membuat mereka tidak mau percaya dengan apa yang TUHAN janjikan dan sediakan bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Terkadang ketika kita mengalami kesedihan yang begitu dalam, karena kehilangan seseorang atau mengalami peristiwa yang begitu mengecewakan kita. Tanpa sadar kekecewaan atau kesedihan itu menjadi memori yang terpendam dalam hidup kita.

Peristiwa kematian seseorang dari satu penyakit tertentu, yang telah kita doakan secara sungguh-sungguh untuk kesembuhannya. Dapat menjadi trauma yang mendalam dan membuat hati kita gentar, untuk berdoa kembali, jika ada seseorang atau saudara kita yang mengalami sakit yang sama. Kita menghindar untuk mendoakan orang tersebut, dan lebih memilih untuk menunjuk orang lain untuk mendoakannya.
Trauma tersebut menjadi kubu dalam pikiran kita. Sehingga kita berpikir bahwa “untuk hal yang satu ini, memang TUHAN tidak sediakan bagi saya.” Atau kita merasa bahwa “untuk yang satu ini, memang TUHAN tidak ingin saya mengalaminya/mendapatkannya”. Kita biarkan pemikiran ini ada dalam hidup kita, sehingga kita lebih memilih untuk mengerjakan hal lain, dan merasa bahwa hal itu bukan bagian kita.

Hati-hati jika trauma yang begitu dalam, membuat kita menyimpulkan bahwa TUHAN tidak menyediakan ini buat saya. Sehingga kita tidak mau ambil bagian, tidak mau percaya lagi, ketika TUHAN berbicara atau membukakan sesuatu lagi kepada kita. “Ah dulu pernah kaya gitu, tapi gagal”, “Ah dulu pernah kaya gitu, tapi ga dapet”. Kita menolak itu semua, dan membiarkan ketidakpercayaan, kekerasan hati dan kepala itu terus ada dalam hidup kita.
#3 KEGAGALAN YANG BERULANG-ULANG ATAU DOSA

Seringkali kegagalan berulang-ulang yang terjadi dalam hidup kita, membuat kita lelah dengan diri kita sendiri. Sehingga kita menilai bahwa diri kita adalah pribadi yang gagal. Kita merasa stuck dan merasa segala sesuatu yang kita kerjakan menjadi rutinitas. Tanpa sadar kita mengizinkan intimidasi dan penghakiman dari si Iblis menguasai hidup kita.
Padahal kita harus menyadari bahwa TUHAN memiliki waktu-Nya tersendiri dalam menggenapi apa yang Ia janjikan dalam hidup kita. Hal ini yang menjadi alasan mengapa kita belum mengalaminya dan tidak selalu karena kegagalan kita. Karena itu penting untuk kita terus senantiasa berdialog dengan TUHAN, sehingga kita mengerti kedalaman hati dan waktu-Nya TUHAN.

Wanita Siro-Fenisia dalam Markus 7:24-30, bukanlah seorang keturunan Israel. Sehingga dalam Markus 7:27, Yesus menggambarkan keturunan Israel sebagai "anak-anak" dan keturunan diluar Israel dengan "anjing" dan keselamatan yang dari pada TUHAN dengan "roti". "Anak-anak kenyang dahulu" menggambarkan waktunya TUHAN.
Jadi TUHAN memang sedang mengerjakan keselamatan ditengah-tengah bangsa Israel dan bukan kepada bangsa lain. Namun wanita yang bukan keturunan Israel ini bisa mengalami restorasi dan kesembuhan karena ia mengerti kedalaman hati TUHAN. Bahwa TUHAN juga menyediakan keselamatan bagi bangsa lain. Ia menunjukkan iman nya, dengan berkata "Benar, TUHAN. Tetapi anjing yang dibawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
Wanita ini membangun dialog dengan Yesus, sehingga Yesus menangkap iman yang ia miliki. Iman ini yang membawa ia mengalami apa yang TUHAN sediakan. Wanita Siro-Fenisia datang kepada TUHAN dengan hati yang terbuka, sehingga perkataan Yesus dianggap sebagai tantangan untuk ia lewati.

Untuk kita mengalami apa yang TUHAN janjikan Dia akan memberikan tantangan kepada kita. Supaya ketika tantangan itu dilewati kita punya kemampuan untuk mempertahankan janji itu dan hidup di dalamnya.
Mazmur 51:12-15 (TB)
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu

Mazmur 51:12-15 adalah doa Daud ketika ia mengalami kegagalan dengan berzinah dengan Betsyeba. Kegagalan yang luar biasa ini bisa saja membuat Daud hancur karena intimidasi dan penghakiman yang diberikan oleh Iblis. Tetapi dalam kegagalannya ia datang kepada TUHAN, membangun dialog dengan TUHAN dan meminta untuk ia mengalami restorasi. Daud tidak mengizinkan intimidasi dan penghakiman Iblis menguasai hidupnya. Ia tidak mengizinkan Iblis memperkatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan janji dan firman-Nya.
Berdialog lah dengan TUHAN secara aktif, sehingga kita dapat memandang dengan benar siapa kita dihadapan-Nya.
Keyakinan yang benar tentang siapa kita dihadapan-Nya, membuat kita mudah untuk bangkit. Keyakinan ini yang menyebabkan Daud dipulihkan, bangkit dan mendapatkan kehormatan untuk mempersiapkan pembangunan rumah TUHAN di bumi melalui Salomo, anak yang ia dapatkan dari Betsyeba. Jika kita pasif berdialog dengan TUHAN maka si Iblis akan terus menanamkan penghakiman dan intimidasi dalam hidup kita.
Dari pemulihan yang Daud alami, Daud akhirnya bisa berdoa bagi Sion, tembok-tembok Yerusalem dan orang lain (Mazmur 51:18 (51-20)). Ia meyadari bahwa pemulihan yang ia alami penting bagi Yerusalem (Rumah Rohani). Terobosan rohani yang kita alami sebetulnya juga menjadi terobosan bagi rumah rohani ini. Karena kita adalah batu-batu hidup (1 Petrus 2:5) untuk pembangunan rumah TUHAN di akhir zaman. Jangan pandang kecil, atau tidak ada signifikansinya diri kita di dalam rumah rohani ini, sehingga kita merasa tidak perlu alami teroboson selama saudara-saudara rohani yang lain mengalami terobosan.

Percayalah ketika kita telah menerima keselamatan. Sesungguhnya Ia adalah BAPA yang sudah menyediakan segala sesuatu yang terbaik untuk anak-Nya. Ada berkat keselamatan dan berkat rohani. Sehingga yang paling kecil di surgapun menjadi orang yang paling bahagia. Terlebih lagi bagi mereka yang mengejar berkat ekstra, reward, dan berkat kerajaan yang memampukan kita memerintah bersama dengan DIA, dan menjadi partner-Nya.
Dalam pertumbuhan rohani seseorang TUHAN akan membukakan sesuatu yang mungkin tidak dibukakan kepada orang lain. Hal itu merupakan kesempatan untuk TUHAN memberikan upah Kerajaan yang lebih besar dalam hidup kita. Jangan menuntut orang untuk melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan. Karena bagian kita adalah taat mengerjakan sesuatu yang memang Ia perintahkan dalam hidup kita. Bukan karena TUHAN pilih kasih, tapi karena TUHAN ingin menemukan hati yang terbuka dengan apa yang Ia katakan.
Jangan bandingkan diri kita dengan yang lain. TUHAN hanya ingin kita taat kepada apa yang TUHAN bukakan/katakan dalam hidup kita.
Karena dari ketaatan itu terbuka kesempatan untuk kita dapat mengalami pengenalan akan TUHAN yang lebih dalam dan semakin serupa dengan DIA.
Matius 25:29a (TB)
Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan.
#4 PENGHAKIMAN/PENILAIAN KITA PADA SESUATU

Kisah Yunus merupakan gambaran dari seseorang yang memiliki penilaian negatif terhadap sesuatu sehingga ia tidak mau mengambil bagian untuk mengerjakan apa yang TUHAN mau. Pandangan negatif Yunus kepada bangsa Niniwe menyebabkan ia menghindar dan lari dari panggilan TUHAN. Padahal hanya dengan pesan yang singkat dan sederhana seluruh bangsa Niniwe mengalami pertobatan.
Kita bisa terlewat menjadi orang yang mengambil bagian bagi kota dan bangsa kita, karena kita sudah menilai negatif terlebih dahulu bangsa dan kota kita. Banyak kejadian yang terjadi di Indonesia, pasti ada sesuatu yang TUHAN ingin anak-anak-Nya kerjakan ditengah bangsa Indonesia.
Tangkap itu, doakan itu, supaya kita memperoleh kehormatan untuk mengerjakan hati Tuhan bagi Indonesia. Jangan izinkan kekecewaan kita kepada Indonesia membuat kita menjadi pribadi yang pragmatis dan lain sebagainya dalam meresponi kondisi bangsa kita.
KESIMPULAN :
Kenali setiap kubu-kubu ini dalam hidup kita. Doakan, hancurkan itu supaya hanya firman-Nya, perkataan-Nya saja yang terjadi dalam hidup kita. Supaya tidak ada satupun berkat TUHAN yang telah Ia sediakan dalam hidup kita menjadi terhambat karena pemikiran-pemikiran kita yang salah.
Bangun terus komunikasi/keintiman kita dengan TUHAN. Supaya TUHAN bisa terus meneguhkan segala sesuatu yang telah Ia janjikan dalam hidup kita.
(Ditulis oleh : Daniel Alexandra)